Friday, December 10, 2021

APAKAH MENIKAH MENJADI MOMOK YANG MENAKUTKAN BAGI SEBAGIAN KAUM PELANGI DI INDONESIA?

 

APAKAH MENIKAH MENJADI MOMOK YANG MENAKUTKAN

BAGI SEBAGIAN KAUM PELANGI DI INDONESIA?

Menikah merupakan idaman bagi semua orang yang merasa memiliki keinginan, baik untuk pemenuhan tujuan hidup, sebagai pemenuh kebutuhan biologis yang sah dan halal dimata agama, maupun sebagai cara agar tetap mempertahankan garis keturunan. Menikah sendiri, merupakan hak setiap orang. Setiap orang tidak dilarang untuk melangsungkan pernikahan selagi sejalan dengan aturan dan norma yang berlaku dimana seseorang tersebut tinggal. Menikah jugapun tidak dipaksakan bagi siapapun yang tidak menginginkanya. Bagi Sebagian orang menikah merupakan momen yang paling membahagiakan, karena ini merupakan peristiwa yang semestinya terjadi sekali dalam seumur hidup. Tidak terkecuali bagi warga Indonesia, yang notabenya merupakan negara Islam terbesar didunia yang mana menikah merupakan sebuah momen sacral dimana agama berperan penting dalam setiap prosesinya. Tidak hanya umat Islam, namun umat agama lainpun melihat pernikahan sebuah momentum yang sakral terlebih untuk pasangan yang dianggap lumrah (heteroseksual) dinegara tercinta ini.

Lantas apakah pernikahan merupakan sebuah momen menakutkan bagi kaum Pelangi, terutama bagi mereka yang tinggal dinegara seperti di Indonesia, dimana negara tidak membenarkan dan melegalkan atau mengesahkan pernikahkan sesama jenis? Apakah hak-hak mereka yang memiliki orientasi seksual untuk tidak menikahpun turut dicampuri? Apakah keinginan seorang kaum Pelangi untuk tidak menikah boleh di intervensi dan di hakimi oleh orang lain, terlebih negara?

Tidak usah jauh – jauh membahas mengenai apa yang dialami oleh para kaum Pelangi dalam konteks berskala nasional seperti negara, bahkan keputusan seseorang untuk tidak menikah disebuah perkumpulan pun menjadi buah bibir dan pergunjingan bagi mereka yang merasa bahwa dengan menikahlah satu -satu nya jalan agar terhindar dari zinah dan perbuatan yang dibenci oleh tuhan lainya. Mereka berlogika bahwa dengan mennikah seolah akan terlihat superior baik secara status sosial dan disegani tanpa memikirkan dampak psikologi akibat dipaksakan harus menikah.

Menurut pengalaman dan hasil survey dan observasi terhadap kaum hetero maupun kaum Pelangi, bahwa dengan menikahpun belum tentu seseorang akan terhindar dari zinah. Tidak heran terkadang jika melihat seorang perempuan masih bermain dibelakang suami, begitupun sebaliknya (kata kasarnya selingkuh atau perselingkuhan). Istilah moderennya atau istilah kerenya pelakor atau pebinor. Walapun demikian tidak sedikit juga orang yang sudah menikah namun masih melakukan kegiatan beresiko diluar hubungan suami istri, entah dengan membooking laki – laki (gigolo) atau perempuan (psk) untuk memenuhi hasrat yang kononya tidak terpenuhi dalam hubungan rumah tangga. Begitupun kaum Pelangi yang menikah terlepas apakah hanya untuk melindungi diri dari prasangka buruk orang lain atau bahasa kasarnya sebagai kedok untuk menutupi bahwa dirinya memiliki orientasi yang berbeda. Namun Kembali lagi kepada individu masing – masing, karena itu merupakan hak prerogatif perorangan.

Di negara ini masih banyak orang yang belum dan atau bahkan tidak open minded atau orang dengan pemikiran luas dan terbuka. Mereka melihat hanya dari sudut pandang yang sempit, melihat dunia hanya dari lobang sedotan dan memaksakan dogma – dogma yang mereka percayai benar.

Sebagai seseorang yang mewakili atau merepresentasikan suara kaum Pelangi, sebagian dari kami tidak menuntut masyarakat dan negara untuk menormalisasi dan atau melegalkan pernikahkan sesame jenis, namun cukup mengerti dan memahami serta tidak terlalu mencampuri kehidupan orang lain, entah seseorang tersebut memiliki niat menikah atau malah sebaliknya tidak memiliki niat tidak ingin menikah.

Siapapun memiliki hak prerogatifnya sendiri untuk menentukan jalan hidup dan kebahagiaanya. Menikah bukanlah satu – satunya cara untuk membahagiakan diri. Sebenarnya, kasus ini berlaku untuk siapapun, terlepas apa orientasi seksual seseorang. Entah itu heteroseksual ataupun homoseksual dan orientasi seksual lain.

Menikahlah jika memiliki niat yang baik untuk membangun keluarga yang baik bagi heteroseksual (dalam konteks di Indonesia), menikahlah jika merasa sudah mampu secara material, lahiriah maupun batiniah, menikahlah walaupun belum mampu secara material namun memiliki niat dan tekat yang baik untuk hidup yang lebih baik, menikahlah karena kamu ingin, bukan karena tuntutan orang lain (khususnya khalayak ramai/masyarakat), namun jangan sesekali mencampuri dan mengatur ranah kehidupan seseorang dalam memilih jalan hidupnya.

Tanamkanlah dalam pemikiran kita masing – masing bahwa tidak menikahpun akan baik – baik saja, tidak menikahpun bukan suatu aib, tidak menikahpun bukan suatu beban dan bukan sesuatu yang perlu dibebani dengan gengsi.

Jika niat menikah hanya karena agar bisa diurus pada hari tua, hal tersebut masih dirasa terlalu parno, ketakutan akan hari tua yang membuat semua orang mungkin merasa takut. Mungkin bisa membiasakan diri agar hidup mandiri dan memulai dari hal – hal baik, selalu berbuat baik terhadap manusia lain, tidak menjahati mahkluk lain, tidak usil dengan kehidupan orang lain, tidak merasa paling sempurna dan paling lengkap kehidupnya karena memiliki status pernikahan, bekerjalah giat, bersedekahlah jika punya rejeki lebih, rawatlah anak yatim dan masih banyak lagi hal baik yang bisa dilakukan.

Memutuskan untuk sendiri sekali lagi merupakan hak prerogative, jadi mungkin bisa dikondisikan agar lisan selalu menjaga perasaan orang lain dan jangan selalu mengomentari tentang harus menikah dll. Terkadang yang membuat malas seseorang ikut reuni dan kondangan adalah alasan – alasan tersebut diatas. Kapan nikah, kapan nyusul, kapan dapat undangan. Terdengar seperti gurauan, namun terdapat pesan tersirat yang terkandung disetiap kata yang dilontarkan.

Jadi pada inti dan dasar serta hakekatnya, menikah tidaklah dapat mengentaskan masalah dan budaya yang sudah mengakar. Jika masih berfikir dengan menikah akan mengentaskan perzinahan, kenapa masih banyak orang yang sudah menjalin hubungan suci tersebut menjalin hubungan gelap atau perzinahan diluar hubungan baik mereka dan menodai kepercayaan pasangan (baik kaum hetero maupun kaum Pelangi).

Semoga tulisan ini dapat memberi insight bagi siapapun pembacanya dan menghormati pola atau cara berpikir orang lain, bukan malah menjadi penghakim yang vocal menghakimi pilihan hidup orang lain untuk menikah atau tidak ingin menikah. Salam damai, semoga selalu sehat dan dalam lindungan tuhan selalu.

No comments:

Post a Comment

APAKAH MENIKAH MENJADI MOMOK YANG MENAKUTKAN BAGI SEBAGIAN KAUM PELANGI DI INDONESIA?

  APAKAH MENIKAH MENJADI MOMOK YANG MENAKUTKAN BAGI SEBAGIAN KAUM PELANGI DI INDONESIA? Menikah merupakan idaman bagi semua orang yang m...